Dalam heningnya alam pikir, sebagian penderita skizofrenia sering mendengar suara-suara bisikan yang memenuhi kepala. Para ilmuwan telah lama kebingungan tentang asal mula halusinasi pendengaran yang mempengaruhi banyak penderita skizofrenia.
Hingga akhirnya para peneliti di China dan Amerika Serikat (AS) dapat memecahkan bagian penting dari teka-teki halusinasi yang telah lama terjadi ini. Penemuan dari studi terbaru tersebut berpotensi membuka jalan bagi pengobatan dan pemahaman yang lebih baik terhadap kondisi yang sering salah dipahami ini.
Melansir laman Study Finds, Senin (14/10/2024), para peneliti menyimpulkan, halusinasi pendengaran dapat disebabkan oleh kombinasi dua gangguan berbeda pada kemampuan otak untuk memproses dan memprediksi informasi sensorik. Temuan yang diterbitkan dalam jurnal PLOS Biology tersebut, menunjukkan halusinasi ini muncul dari interaksi yang kompleks antara sistem motorik dan sensorik di otak.
Artinya, suara-suara yang mengganggu para penderita skizofrenia tersebut bukan sekadar produk imajinasi yang terlalu aktif atau proses sensorik yang tidak berjalan dengan baik.
Penelitian ini berfokus pada dua kelompok penderita skizofrenia: penderita yang mengalami halusinasi verbal pendengaran (AVH) dan mereka yang tidak. Dengan membandingkan dua kelompok ini dengan individu yang sehat, para peneliti dapat menunjukkan perbedaan spesifik dalam fungsi otak yang kemungkinan berkontribusi pada pengalaman mendengar ‘bisikan-bisikan hantu’ yang dialami pasien.
Penelitian ini fokus pada dua konsep kunci dalam ilmu saraf yakni, teori pelepasan korolari (CD) dan salinan perintah motorik yang dikirim ke otot untuk menghasilkan gerakan (EC). Ini adalah sinyal yang dihasilkan otak saat merencanakan atau melaksanakan suatu gerakan, termasuk ucapan.
Dalam otak yang sehat, CD bertindak sebagai sinyal penghambatan umum guna mengurangi respons sensorik terhadap tindakan yang dilakukan sendiri. Ini membantu individu membedakan antara tindakan sendiri dan kejadian eksternal. EC, sebaliknya, lebih spesifik, meningkatkan respons sensorik terkait tindakan tertentu yang dilakukan.
Hipotesis para peneliti adalah pada orang dengan halusinasi pendengaran, sistem ini mungkin mengalami gangguan dengan cara tertentu. Untuk menguji hal ini, tim peneliti merancang sebuah eksperimen yang memungkinkan tim mengukur respons otak pada para pasien.
Hasilnya sangat mengejutkan. Pada individu sehat, persiapan bicara secara umum menekan respons pendengaran secara keseluruhan, dan itu merupakan tanda fungsi CD normal. Namun, penekanan ini tidak terjadi pada kedua kelompok pasien skizofrenia. Itu artiya ada kerusakan mendasar pada mekanisme penghambatan (respons dengar) ini.
Saat membahas persiapan bicara, perbedaan dengan kelompok pasien skizofrenia menjadi lebih jelas. Pada individu sehat dan pasien skizofrenia tanpa halusinasi, persiapan mengucapkan suku kata tertentu meningkatkan respon otak terhadap suku kata yang sama saat didengar.
Namun, pada pasien dengan halusinasi pendengaran, yang terjadi justru sebaliknya, otak mereka menunjukkan peningkatan respons terhadap suku kata yang berbeda dari suku kata yang ingin mereka ucapkan.
Temuan ini memberikan gambaran adanya gangguan sistem CD ditambah sistem EC yang ‘berisik’ pada individu yang mengalami halusinasi pendengaran. Kurangnya penyumbatan yang tepat (CD rusak) mungkin menjelaskan mengapa para pasien skizofrenia dengan halusinasi, mengalami kesulitan membedakan antara pikiran internal dan suara eksternal. Sementara itu, peningkatan yang tidak tepat (EC yang berisik) dapat menjelaskan isi halusinasi yang bervariasi dan seringkali tidak masuk akal.
Guna mendukung temuannya, para peneliti mengembangkan model komputer yang mensimulasikan gangguan ini. Model tersebut berhasil mereplikasi pola yang diamati dalam data dunia nyata, sehingga memberikan bukti tambahan untuk teori tersebut.


