Magelang sedang menjadi sorotan setelah Presiden Prabowo Subianto mengundang jajaran menteri Kabinet Merah Putih untuk menghadiri sebuah kegiatan khusus di Akademi Militer (Akmil) Magelang, Jawa Tengah.
Langkah ini menarik perhatian publik karena pendekatan yang diterapkan Prabowo dikenal dengan sebutan “the military way,” yang menekankan kedisiplinan dan kesetiaan para menteri terhadap bangsa dan negara.
Namun, Prabowo dengan tegas membantah bahwa kegiatan ini bertujuan menjadikan kabinet bersifat militeristik.
“Saya tidak bermaksud membuat Anda militeristik, salah, bukan itu. The military way ditiru oleh banyak pemerintah terutama perusahaan-perusahaan,” ujar Prabowo dalam pidatonya di Akmil, Jumat (25/10), seperti dikutip dari keterangan tertulis.
Mengapa Prabowo Memilih “The Military Way”?
Dalam pidatonya, Prabowo mengungkapkan bahwa inti dari “the military way” adalah kedisiplinan dan kesetiaan yang tinggi, prinsip yang ia anggap penting dalam mengemban tugas negara.
Dia menegaskan, kesetiaan yang ia maksudkan bukanlah kepada dirinya sebagai presiden, melainkan kepada bangsa dan negara Indonesia. Ia menyebut bahwa seluruh anggota kabinet harus menunjukkan komitmen total untuk melayani rakyat dan mengutamakan kepentingan nasional di atas kepentingan pribadi atau kelompok.
“Kesetiaan yang benar-benar. Saya minta saudara setia kepada bangsa dan negara Indonesia, bukan kepada Prabowo,” ungkapnya.
Selain kedisiplinan dan kesetiaan, Prabowo menekankan pentingnya fokus dan komitmen tinggi dari para anggota kabinet dalam menjalankan program pemerintah. Dalam pidato tersebut, ia menyebutkan beberapa agenda utama, seperti pengentasan kemiskinan, program makan bergizi gratis, pemberantasan korupsi, serta swasembada pangan dan energi.
Pelatihan di Akmil, Tenda, Loreng, dan Baris-Berbaris
Selama retreat di Akmil Magelang, para menteri menjalani pelatihan ala militer yang cukup intensif. Mereka ditempatkan di tenda, mengenakan seragam loreng-loreng Komando Cadangan (Komcad), dan menjalani jadwal ketat mulai pukul 04.00 WIB.
Kegiatan diawali dengan bunyi terompet, diikuti dengan serangkaian aktivitas fisik seperti senam pagi dan baris-berbaris.
Pendekatan ini, menurut Prabowo, bertujuan untuk membangun semangat kebersamaan dan meningkatkan mentalitas para menteri dalam menghadapi tantangan yang kompleks. Meski metode ini dianggap tak biasa, beberapa pakar berpendapat bahwa upaya ini dapat memberikan pengalaman unik dan memperkuat hubungan antar-anggota kabinet.
Gaya Kepemimpinan Beraroma Militer, Pendapat Pengamat
Pelaksanaan pelatihan di Akmil Lembah Tidar, Magelang, yang diwarnai dengan seragam loreng militer bagi para menteri memang menampilkan nuansa militeristik. Beni Sukadis, pengamat militer dan peneliti senior di Marapi Consulting, menyebut bahwa gaya ini tidak terlepas dari latar belakang militer Prabowo. “Tapi merekanya ini orang sipil,” ujarnya, menekankan bahwa pendekatan tersebut diterapkan pada pejabat sipil dalam kabinet.
Beni juga mengamati bahwa karakteristik serupa dapat dilihat pada Partai Gerindra, partai politik yang dipimpin oleh Prabowo, di mana seragam dan disiplin ketat juga diterapkan.
“Bahkan kalau menyelami apa yang terjadi di Partai Gerindra kan jelas, semua dikasih seragam. Ada milisinya juga. Pak Prabowo memang selalu begitu,” tambahnya.
Ia menilai gaya kepemimpinan Prabowo cenderung otoritarian, sebuah karakter yang, menurut Beni, wajar mengingat Prabowo adalah seorang mantan prajurit militer.
Khairul Fahmi, pengamat militer dari Institute for Security and Strategic Studies (ISESS), menyetujui bahwa gaya ini memang terkait erat dengan latar belakang Prabowo sebagai mantan prajurit.
Namun, ia melihat pendekatan ini lebih sebagai bentuk team building ketimbang upaya mengimplementasikan doktrin militer dalam pemerintahan sipil.
“Kalau dikaitkan dengan militerisme dari pemerintahan sipil, saya kira Pak Prabowo tidak berniat membawa doktrin militerisme,” jelas Fahmi Jumat (25/10).
Bagi Fahmi, pelatihan seperti ini serupa dengan yang dilakukan oleh banyak organisasi dan perusahaan besar untuk memperkuat solidaritas dan kedisiplinan tim, terutama dalam menghadapi tantangan bersama.
Pendekatan the military way yang diterapkan Prabowo memunculkan beragam reaksi. Ada yang mendukung dengan alasan bahwa pendekatan disiplin dapat memperkuat komitmen para menteri dalam menjalankan visi-misi pemerintah. Di sisi lain, terdapat pula kritik yang mempertanyakan apakah pendekatan militeristik adalah metode yang tepat untuk melatih pejabat sipil.
Namun, sejauh ini, Prabowo meyakini bahwa cara ini mampu menggembleng mentalitas dan menguatkan etos kerja anggota kabinet untuk menghadapi tantangan dalam menjalankan berbagai program prioritas nasional.
Penulis: Purba Handayaningrat