Setelah sukses meraih kursi DPR RI dari dapil Jawa Barat, Atalia Praratya, istri Ridwan Kamil bakal all out mendukung suaminya dalam kontestasi pemilihan Gubernur DKI Jakarta. Atalia, yang mewakili Partai Golkar, berhasil mengantongi 234.063 suara di dapil Jabar I, meliputi Kota Bandung dan Cimahi, menandakan kekuatan politiknya.
Namun, pertanyaannya kini, apakah dukungan penuh Atalia mampu membawa Ridwan Kamil menuju kemenangan di DKI?
Atalia Praratya, yang dijadwalkan dilantik sebagai anggota DPR pada 1 Oktober 2024, telah menyatakan akan turun langsung ke lapangan untuk memenangkan suaminya, Ridwan Kamil, yang kini menjadi calon gubernur DKI Jakarta.
Kepada media di Lemhanas, Jakarta, Minggu (29/9/2024), Atalia menegaskan niatnya untuk terlibat penuh setelah masa pelatihannya di Lemhanas berakhir.
“Saya akan all out setelah saya dilantik. Saya akan mendampingi Kang Emil dan juga mendukung kemenangan mereka yang diusung Partai Golkar di Jawa Barat dan dapil saya di Kota Bandung,” kata Atalia.
Ia mengungkapkan selama ini belum terlibat aktif dalam kampanye karena fokus pada pelatihan di Lemhanas. Atalia memilih tidak diganggu dengan aktivitas kampanye sebelum pelatihan tersebut selesai.
Tantangan Meraih Suara di DKI vs Jabar
Meski Atalia sukses mendulang suara di Jawa Barat, tantangan meraih kemenangan di DKI Jakarta jelas berbeda. Kemenangan legislatif yang diraihnya di Jabar tidak serta-merta bisa dijadikan tolok ukur keberhasilan dalam Pilkada DKI 2024. Ada beberapa faktor kunci yang membedakan kedua medan politik ini.
Pertama, basis suara. Atalia berhasil menguasai dapil Jabar I yang notabene adalah daerah asal Ridwan Kamil. Popularitas Emil di Jabar sudah teruji selama menjabat sebagai Wali Kota Bandung dan Gubernur Jawa Barat, sehingga tidak heran jika Atalia mendapatkan dukungan kuat di sana.
Namun, medan politik DKI Jakarta berbeda. Meskipun Ridwan Kamil dikenal secara nasional, Jakarta memiliki dinamika politik yang lebih kompleks dengan beragam kepentingan, terutama dari kelas menengah atas dan komunitas-komunitas urban yang lebih heterogen.
Kedua, segmentasi pemilih. Pemilih di Jabar cenderung lebih loyal dan terpengaruh oleh kedekatan personal, terutama di daerah yang Emil pernah pimpin. Di DKI, tantangan yang dihadapi lebih pada program-program konkret yang mampu menjawab kebutuhan masyarakat urban.
Isu-isu seperti transportasi, tata ruang kota, hingga digitalisasi layanan publik lebih menjadi fokus perhatian. Ridwan Kamil, meskipun memiliki pengalaman dalam urusan perkotaan, perlu menyesuaikan pendekatannya dengan dinamika khas Jakarta.
Ketiga, persaingan politik. Di DKI Jakarta, Ridwan Kamil akan berhadapan dengan kandidat kuat lainnya seperti Pramono Anung-Rano Karno dan Dharma Pongrekun-Kun Wardanayang juga memiliki basis dukungan yang signifikan di ibu kota.
Atalia harus memainkan peran lebih strategis, tidak hanya mendampingi suaminya, tapi juga memahami kekuatan dan kelemahan kandidat lain untuk memenangkan suara dari pemilih yang lebih rasional dan kritis.
Mampukah Atalia Menjadi Faktor Penentu?
Dengan dedikasi dan kesiapan total setelah pelantikan, Atalia berharap dapat memberikan kontribusi nyata dalam membantu Ridwan Kamil memenangkan hati warga Jakarta.
Namun, mendulang suara di Jabar sebagai anggota legislatif jelas berbeda dengan memenangkan pemilih dalam Pilkada DKI yang sarat dengan persaingan dan dinamika berbeda. Apakah Atalia mampu menjadi faktor penentu kesuksesan Ridwan Kamil? Hanya waktu yang akan menjawab.
Penulis: Purba Handayaningrat


